-->



Theme Layout

Theme Translation

Trending Posts Display

"No"

Home Layout Display

Posts Title Display

"No"

404

We Are Sorry, Page Not Found

Home Page


Penampakan Fitztroy dari Balkon Belakang. Foto: Meli Fauziah

Write It – Sebagai kota wisata, Bandung menyuguhkan banyak wahana untuk melepas penat. Anda tak akan kehabisan pilihan kala menghabiskan waktu di Kota Kembang. Café menjadi salah satu tujuan yang dapat dipertimbangkan saat ingin bercengkrama di dalam kota.

Jika menyukai suasana yang asri dan unik, Anda bisa coba mengunjungi Fitzroy. Café yang mulai buka pada Februari 2020 ini terletak di kompleks perumahan Dago Pakar. Berjarak sekitar 10 menit berkendara dari tengah kota–dengan catatan tanpa macet, café bertemakan bohemian ini cukup digandrungi anak muda.

Buka mulai pukul 09.00 – 21.00, di tengah “situasi yang tak menentu” ini Fitzroy telah menerapkan standar protokol kesehatan seperti pengecekan suhu badan, cuci tangan sebelum memasuki area café, dan pembatasan durasi 90 menit untuk berada di lingkungan café. Batasan waktu tersebut tertulis di kertas pesanan. Kebanyakan pengunjung pun sudah memahami peraturan dan beranjak pulang bahkan sebelum batas waktu benar-benar usai.


Penampakan Aglio Olio. Foto: Meli Fauziah

Menu yang disajikan di Fitzroy cukup bervariasi, mulai dari makanan tradisional hingga hidangan ala Barat tersedia di café ini. Saya memesan dua menu makanan berat, yaitu spaghetti aglio olio yang dibanderol Rp 38 ribu dan nasi goreng babat seharga Rp 40 ribu. Keduanya memiliki porsi yang cukup membuat Anda kenyang setelah menyantapnya.

Spaghetti aglio olio yang disajikan memiliki tingkat kematangan spaghetti yang pas, tidak keras dan tak terlalu lembek atau lengket. Tumisan bawang yang menjadi salah satu ciri spaghetti aglio olio pun cukup terasa dan tidak membuat enek. Di dalamnya juga terdapat campuran potongan jamur dan smoke beef yang tak pelit.

Rasa smoke beef yang gurih cukup dominan, namun tetap dapat berpadu serasi dengan bawang dan berbagai bumbu lain di dalam spaghetti. Tambahan sepotong garlic bread yang keras dan gurih pun makin nikmat dipadukan dengan keseluruhan rasa spaghetti aglio olio ini.

Sedangkan untuk menu nasi goreng babat disajikan dengan tambahan telur mata sapi dan juga kerupuk udang berukuran besar. Rasa nasi gorengnya cenderung manis. Rasa manisnya berasal dari kecap dan paduan bumbunya pun cukup kuat. Untuk babat yang menjadi inti dari nasi goreng ini memiliki tekstur yang empuk. Babat yang dipotong seukuran satu gigitan dengan jumlah potongan cukup banyak menjadi nilai lebih nasi goreng ini.

Untuk minuman, varian cappucino yang saya coba menjadi poin plus di café ini. Warnanya cokelat namun tak terlalu gelap maupun terang dengan hiasan latte art bergambar bunga yang apik. Cappucino panas tersebut memiliki campuran kopi dan susu yang seimbang. Rasanya sangat pas dengan kopi yang tidak terlalu strong dan juga tak terlalu creamy. Rasa gurih dari susu pun menambah kenikmatan cappucino panas ini. Anda dapat menikmati minuman ini dengan merogoh kocek Rp 23 ribu.

Nilai tambah lainnya, gelas keramik kecil yang digunakan untuk menyajikan cappucino panas tersebut bertuliskan nama Fitzroy di dalamnya. Hal ini menandakan bahwa sang empunya café memerhatikan sampai detail terkecilnya. Cappucino hangat ini cocok dinikmati di tengah dinginnya udara Bandung, apalagi sambil menunggu matahari yang mulai terbenam di sela-sela pepohonan di sekitar cafe.

Bagi penggemar fotografi dan sering mengunggah di media sosial, sudut cafe ini sangat Instagramable. Banyak spot foto yang menarik, baik di area indoor maupun outdoor yang berada di lantai satu dan dua. Area outdoor pun dibagi menjadi dua, balkon atas dan balkon bawah. Saya lebih memilih balkon bawah sebab angin terasa lebih kencang di balkon atas.

Area indoor memiliki suasana seperti di rumah. Rungannya dipenuhi pernak pernik di dinding dan karpet yang bertemakan bohemian dengan aneka gantungan dinding dan motif sarung bantal yang unik. Meja-meja kayu yang disiapkan pun tak luput memperindah ruangan.


Penampakan lampu gantung. Foto: Alfharis Magandhi

Ada pula lampu gantung berukuran cukup besar berada di tengah ruangan. Lampu ini mirip dengan lampu gantung antik ala Eropa yang biasanya diisi dengan lilin. Anda mungkin pernah melihatnya di beberapa film Barat dengan setting lawas. Bedanya, lilin pada lampu gantung di café ini diganti dengan lampu neon berwarna kuning. Meski begitu Anda tetap dapat merasakan suasana hangat di dalam ruangan.

Pada bagian outdoor nuansa kayu dan besi sangat kuat. Bagian lantai menggunakan bahan kayu, sedangkan meja kursi sebagian berbahan kayu dan lainnya terbuat dari besi. Interior café Fitzroy ini mengingatkan saya akan sebuah daerah di Kota Melbourne yang juga bernama sama. Daerah Fitzroy itu pun dipenuhi dengan cafe bergaya bohemian yang sangat populer di kalangan mahasiswa.

Café Fitzroy di Bandung ini sangat cocok untuk melepas lelah dan bercengkrama bersama rekan kerja. Memiliki suasana tenang, jauh dari jalan raya, ditambah musik yang diputar pun tak terlalu kencang membuat café ini nyaman dijadikan tempat ngobrol. Anda juga dapat berbicara dengan santai tanpa perlu mengeluarkan energi lebih.

Penghobi sepeda yang senang mengitari Kota Bandung pun tak ada salahnya mampir ke café ini. Meski jalur yang dilalui agak berat dengan adanya tanjakan, udara dingin di daerah Dago Pakar bakal mengusir lelah yang menyapa.

Harga yang ditawarkan untuk menikmati varian menu dan suasana di café Fitzroy pun relatif terjangkau untuk ukuran Kota Bandung. Anda tidak perlu merogoh kocek terlalu dalam sebab harganya masih tergolong wajar. Bermodalkan Rp 150 ribu untuk dua orang, Anda sudah bisa menikmati waktu bercengkerama dengan nyaman di café ini.

(AM/MSY)
Leave A Reply