-->



Theme Layout

Theme Translation

Trending Posts Display

"No"

Home Layout Display

Posts Title Display

"No"

404

We Are Sorry, Page Not Found

Home Page

Proses membatik oleh ibu-ibu Kelompok Batik Mukti Lestari Sidomukti. Foto: MSY/writeitmagazine.com


Write It – Cuaca pada hari pertama kuartal keempat 2019 kala itu cukup terik. Setelah melewati jalanan yang berkelok-kelok, kami sampai di Desa Sidomukti yang terletak di Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Berjarak sekitar 30 menit perjalanan dari Alun-Alun Magetan. Udara segar khas daerah kaki gunung langsung menyambut begitu sampai di desa ini.


Tepat di seberang gerbang Balai Desa terdapat tulisan ‘Kampung Batik Sidomukti’ berwarna merah kuning dengan hiasan bambu atau pring kuning di kanan kirinya. Di belakangnya hamparan sawah yang ditanami kubis, jagung dan pelbagai tanaman lain begitu menyejukkan mata. Arahkan pandangan ke barat, Gunung Lawu berdiri gagah mengayomi wilayahnya.


Memasuki Balai Desa, Anda langsung disambut dengan pajangan kain batik bermotif pring yang dibentuk kipas memenuhi dinding. Di sebelah kanan tertulis ‘Galeri Batik’ yang menampilkan beberapa kain maupun kemeja bermotif batik pring di dalam etalase kaca. Di sebelahnya terdapat pintu masuk ke sebuah ruangan kecil dengan stok batik pring lebih banyak.


Penanda Kampung Batik Sidomukti dihias bambu yang menyambut pengunjung di depan Balai Desa Sidomukti. Foto: MSY/writeitmagazine.com


Dinding dalam ruangan ini juga dihiasi kain batik pring beraneka motif dan warna. Etalase kaca dengan koleksi kain yang lebih lengkap tersedia di sini. Di pojok ruangan terdapat deretan kain dan kemeja batik yang tertata apik. Di sini Anda bisa sepuasnya memilih produk batik pring sesuai selera dan kebutuhan dibantu staf yang ramah.


Puas memilih batik, Anda dapat menuju pintu bertuliskan ‘Ruang Produksi’ untuk melihat proses pembuatan batik pring secara langsung. Ruangan yang cukup luas ini dipenuhi dengan pelbagai perlengkapan membatik seperti tiang atau gawangan untuk membentangkan kain yang akan dibatik, canting, pewarna, kolam kecil untuk kunci warna, serta perkakas pendukung lain. Beberapa ibu-ibu juga tengah sibuk mempersiapkan kain batik dan bergegas memulai kembali pekerjaannya.


Ibu-ibu di sini sangat ramah menyapa dan menjawab pertanyaan pengunjung. Kami pun berkesempatan berbincang dengan Ibu Sri, salah satu pembatik anggota Kelompok Batik Mukti Lestari Sidomukti. Sambil mengoleskan warna dengan rapi dan cekatan, Ibu Sri meladeni rasa penasaran kami dengan sabar.


Kelompok Batik Mukti Lestari Sidomukti


Sebelum mulai membatik, pekerjaan mayoritas masyarakat Sidomukti adalah bertani dan pengrajin anyaman bambu. Produk anyaman tersebut umumnya berupa capil yang biasa digunakan oleh petani. Ada juga yang membuat kerajinan roti bolu khas Magetan. Ibu Sri menerangkan jika di desanya terdapat banyak home industry.


Kelahiran kelompok batik ini bermula dari pelatihan yang diberikan oleh Disperindag (Dinas Perindustrian dan Perdagangan) lebih dari satu dekade lalu. Selama kira-kira 10 kali pertemuan, masyarakat Sidomukti diajari sampai benar-benar bisa membatik. Kelompok Batik Mukti Lestari Sidomukti merupakan kelompok pembatik kedua yang berdiri di desa ini.


Galeri Batik di Balai Desa Sidomukti. Foto: MSY/writeitmagazine.com


Di Sidomukti ada tiga kelompok pembatik, Mukti Rahayu, Mukti Lestari, dan Seruling Etan. Kelompok pembatik yang pertama kali berdiri di Sidomukti adalah Mukti Rahayu di Papringan. Usia Mukti Rahayu terpaut sekitar sepuluh tahun lebih tua dari Mukti Lestari, sedangkan yang termuda adalah Seruling Etan di Kalitengah. Semua kelompok pembatik ini dikelola oleh penduduk setempat.


Menurut Ibu Sri, Kelompok Batik Mukti Lestari Sidomukti berdiri sejak tahun 2006. Sedangkan galeri batik yang berada di depan baru ada sekitar satu tahun belakangan. Usaha batik yang ada di sini milik kelompok. Seluruh staf yang bekerja adalah juga pemilik yang merupakan warga asli Desa Sidomukti. Sehingga bukan milik perorangan, melainkan usaha batik ini dijalankan oleh koperasi Desa Sidomukti.


Proses Pembuatan Batik Pring Sidomukti


Kampung Batik Sidomukti banyak memproduksi batik tulis. Batik tulis dikenal sebagai batik berharga mahal karena buatan tangan dan proses produksinya memakan waktu lama. Hal ini juga diakui oleh Ibu Sri. “Yang bikin mahal batik tulis itu prosesnya lama mbak,” katanya sambil bersiap melakukan pewarnaan motif dengan dua ibu-ibu lain. Ibu Sri lalu menjelaskan secara detail proses pembuatan batik tulis bermotif bambu atau dalam bahasa Jawa disebut pring ini.


Pada mulanya kain putih yang biasanya berjenis primisima atau poplin digambari dengan menggunakan pensil. Setelah selesai, garis gambar tersebut kemudian dicanting menggunakan malam yang berfungsi sebagai pembatas antar warna dan motif. Proses mencanting membutuhkan waktu lama sebab satu kain hanya dapat dikerjakan oleh satu orang. Dalam sehari biasanya dapat menghasilkan dua lembar kain yang sudah dicanting.


Salah satu proses membatik oleh salh satu ibu-ibu dari Kelompok Batik Mukti Lestari Sidomukti. Foto: MSY/writeitmagazine.com


Berbanding terbalik dengan mencanting, proses pewarnaan dasar yang merupakan tahapan selanjutnya justru harus dilakukan minimal oleh empat orang untuk satu kain. Proses pewarnaannya pun mesti dikerjakan dalam waktu bersamaan agar tak belang. Pewarnaan dasar dilakukan dengan cara blok warna (dikuas) pada sisa area luas tanpa motif. Jika mewarnainya tak cepat dan bersamaan, maka proses keringnya juga tidak serentak sehingga hasilnya akan belang seperti ada garis-garis pembatasnya.


Seusai pewarnaan dasar kain kemudian diangin-anginkan selama sehari semalam. Tahapan selanjutnya setelah warna dasar kering adalah pewarnaan motif. Berbeda dengan dua proses sebelumnya, proses ini bisa dikatakan lebih fleksibel karena bisa dilakukan oleh satu orang maupun dua orang atau lebih. Ini karena bagian yang diwarnai jauh lebih kecil dan sudah ada pembatas malam sehingga tak perlu takut belang jika keringnya tak bersamaan. Ibu Sri mengatakan jika dalam sehari kelompoknya rata-rata menghasilkan 20-30 potong kain untuk proses pewarnaan.


Setelah pewarnaan motif selesai, kain kembali diangin-anginkan semalaman sampai warna kering lalu dilakukan proses kunci warna. Kunci warna memakai waterglass, yaitu berbentuk cairan kental dan lengket yang akan melapisi dan menyegel warna agar tidak luntur. Kemudian kain kembali diangin-angin selama sehari semalam lalu dicuci.


Tempat untuk mengangin-anginkan kain batik. Foto: MSY/writeitmagazine.com


Tahap terakhir adalah dilorot atau perebusan kain untuk melunturkan malam yang menjadi pembatas motif. Selesai dilorot kain kembali dicuci lalu diangin-anginkan sampai kering. Garis pada malam yang sebelumnya berwarna kuning akan kembali menjadi putih seperti warna asal kain. Perlu diketahui jika seluruh proses menjemur cukup dengan diangin-anginkan, tak perlu terkena sinar matahari langsung. Setelah melewati tahapan panjang tersebut, kain batik pring sudah jadi dan siap digunakan.


Batik Pring Sidomukti Makin Dikenal dan Dipakai oleh Segala Kalangan


Batik pring ini pada mulanya hanya dipakai oleh kalangan terbatas seperti pada instansi pemerintahan maupun instansi pendidikan di Kota Magetan. Namun, sekarang batik pring mulai dikenakan oleh berbagai kalangan. Tak hanya instansi, perorangan pun jamak memakai batik pring dalam berbagai keperluan.


Semakin beragamnya motif bisa jadi salah satu penyebab ketertarikan masyarakat umum tak segan mengenakan batik pring. Ibu Sri mengatakan jika Kelompok Batik Mukti Lestari mendesain sendiri batik yang mereka buat. Dalam sebulan kadang ada dua motif anyar, namun juga terkadang dua bulan baru membuat motif baru. Tidak ada patokan khusus berkaitan dengan pembaruan motif. Meskipun muncul motif baru, motif lama juga masih tetap dibuat.


Selain motif pring-nya, Batik Pring Sidomukti memiliki ciri khas lain yaitu warnanya yang ngejreng atau mencolok. Bukan tanpa alasan, warna-warna yang mencolok justru diminta oleh pembeli. “Kalau warnanya soft kurang ada yang minat,” ujar Bu Sri.


Warna yang mencolok tersebut diperoleh dari sistem pewarnaan remasol. Tak perlu kena sinar matahari, warna yang dihasilkan dari menggunakan sistem ini sudah bisa langsung terlihat. Sistem remasol juga cenderung bagus karena menghasilkan warna yang tajam.


Untuk banyaknya warna dalam sepotong kain batik pring tergantung permintaan konsumen. Kadang ada yang menginginkan hanya dua warna, namun tak sedikit juga yang menginginkan variasi warna. Begitu pun dengan ukuran kain. Anda bahkan bisa memesan ukuran kain jumbo sesuai permintaan.


Sebagian koleksi batik pring berwarna cerah di ruang Galeri Batik. FOto: MSY/writeitmagazine.com


Kain batik pring umumnya memiliki ukuran lebar sama yaitu 1,15 meter, sedangkan panjangnya tergantung rencana penggunaan kain. Ukuran standar panjangnya ada dua pilihan. Jika akan dipakai untuk membuat baju maka pilih yang panjangnya 2,25 meter. Namun kalau digunakan untuk jarik, kain dengan panjang 2 meter pun cukup.


Memiliki kain batik tulis sebagai koleksi juga perlu memperhatikan perawatannya agar awet. Untuk pencucian lebih baik menggunakan lerak—sejenis buah—agar warnanya bisa makin tajam. Namun saat ini buah lerak sulit ditemui. Sekarang justru banyak tersedia olahan lerak dalam bentuk cair yang bisa langsung digunakan.


Ada solusi lain jika ingin mencuci kain batik namun sulit menemukan lerak. Alih-alih menggunakan detergen bubuk lebih baik memakai sabun colek. Sebab detergen bubuk bersifat lebih keras sehingga bisa menyebabkan warna kain batik luntur ataupun pudar. “Jadi bikin cepet mbulak mbak,” pungkas Ibu Sri.


Kekhasan motif batik ini tentu memberikan warna baru pada kekayaan daerah Magetan. Bagaimana tidak, motif pring didapat dari keadaan desa setempat tempat batik ini muncul, yaitu Dusun Papringan, Desa Sidomukti di mana di sekitar desanya masih banyak ditumbuhi pohon-pohon bambu yang punya segudang manfaat. Bisa dikatakan motif batik pring berasal dari kearifan budaya lokal, yaitu pohon bambu yang banyak tumbuh di sekitar Dusun Papringan. Selanjutnya ide awal ini akan dipadukan dengan motif lain dari kekayaan alam Magetan, misalnya jalak lawu serta dipoles dengan aneka warna yang segar.


Bagaimana, tertarik mengunjungi dan memakai produk khas Magetan yang satu ini?


(MSY/OTK)

Leave A Reply